“Harmoni dan Sukses: Etos Kerja Islam dalam Meraih Prestasi Optimal“
Peningkatan kualitas kerja berkaitan
dengan landasan yang kokoh dan penerapan aturan, norma, dan nilai yang berlaku
di lingkungan kerja. Menaati etika selama kerja, kinerja sangat penting untuk
keberhasilan suatu organisasi manapun. Namun, beberapa profesi pekerjaan lebih
rentan daripada yang lain dalam hal etika. Selain itu, agama memainkan peran penting
dalam membentuk sikap, perilku dan persepsi para pemeluknya dalam hal mengikuti
etika, moralitas dan nilai-nilai yang diajarkan oleh agama. Bagi umat islam
menerapkan nilai-nilai dan etika islam karena ingin mendapatkan berkah dari
ALLAH SWT.
Etika adalah hal yang penting dalam
masyarakat termasuk bagi organisasi karena di dalamnya terkandung nilai-nilai
yang akan mendorong seseorang untuk bekerja secara optimal dan selalu dijiwai
oleh hati nurani. Masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama islam cenderung
menerapkan nilai-nilai islam dalam kehidupan kerja mereka. Etika kerja dalam
islam dikenal dengan istilah Etika Kerja Islam (Islamic Work Ethics).
Nilai-nilai Etika Kerja Islam berorientasi pada kerja yang positif dan
menyeimbangkan kehidupan individu dan sosial. Etika Kerja Islam berfokus
pada sudut pandang yang berbeda karena mencerminkan cara hidup dan tradisi
Muslim. Hal tersebut akan berdampak pada bagaimana seorang muslim memiliki
pandangan tentang keseimbangan kerja dan kepuasan kerja yang mereka dapatkan.
Etika kerja islam juga didefinisikan
sebagai sikap dalam bekerja yang dilandasi oleh nilai-nilai agama, antara lain
bekerja secara optimal, bersaing secara sehat, melaksanakan kewajiban,
memberikan dedikasi terbaik, bekerja sama secara harmonis tanpa diskriminasi
dan mendapatkan penghasilan sesuai dengan apa yang dikerjakan. Dalam perspektif
Islam, etika diartikan sebagai suatu tindakan yang diterima sebagai norma yang
tidak bertentangan dengan aturan-aturan islam. Etika kerja haruslah bersifat
universal, sehingga dapat diterima oleh masyarakat manapun tanpa memandang
agama, ras, warna kulit, maupun etnis. Sebuah organisasi secara langsung dapat
memperoleh manfaat dari memiliki pekerja yang taat karena mereka seimbang dalam
segala aspek dan menurut pandangan filososfis, seorang yang taat tidak hanya
akan meningkatkan produktivitas san kinerja perusahaan, tetapi juga
menghasilkan perilaku yang mulai diantara para pekerja. Oleh sebab itu, segala
upaya untuk meningkatkan kinerja organisasi harus dilakukan dengan menanamkan
prioritas Islan yang berlandaskan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah.
Kinerja merupakan suatu hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang diperoleh dari seorang pegawai yang
menyelesaikan pekerjaannya dengan tanggung jawab yang telah diberikan.
Pengelolaan sumber daya manusia yang baik akan mempengaruhi kinerja perusahaan.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai seperti kepemimpinan,
faktor individu, dan etos kerja islam. Kepemimpinan merupakan persoalan penting
dalam Islam karena berkaitan dengan tujuan manusia. Etos kerja Islam merupakan
sikap kepribadian yang menumbuhkan keyakian bahwa bekerja bukan hanya untuk
diri sendiri, namun bkerja merupakan salah satu aktivitas yang mencerminkan
amal shaleh yang bernilai ibadah
Kepemimpinan adalah suatu kegiatan
untuk mempengaruhi orang-orang untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam
kehidupan berjamaah, seorang pemimpin mempunyai peran strategis dalam
menetapkan pola dan gerakan. Keterampilan memimpin akan mengantarkan umatnya mencapai
tujuan, yang namanya harkat dan kesejahteraan disertai dengan ridha Allah,
sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran. Kepemimpinan dalam Islam seperti yang
diamalkan oleh Nabi Muhammad SAW, dimana gaya kepemimpinannya sesuai dengan
Al-Quran. Dalam islam, bekerja dianggap sebagai fakta kehidupan dan misteri
pencita. Manusia mengekspresikan eksistensi mereka dengan usaha dan menentukan
nilai mereka yang sebenarnya dengan bekerja. Dalam islampun, bekerja dan
berusaha adalah seperti jihad di jalan Allah. Dalam Perspektif islam, kepuasan
kerja adalah ketenangan yang diperoleh karyawan sebelum, sekama dan sesudah
melakukan pekerjaan, berdasarkan keyakinan bahwa bekerja adalah ibadah yang
dilakukan untuk mencapai keridhaan Allah.
Dalam bekerja juga harus
memperhatikan quality of work-life (QWL) guna meningkatkan profesionalisme
kerja yang pada akhirnya berdampak langsung pada peningkatan kinerja. QWL
adalah kontruksi multidimensi yang mengacu pada kepuasan keseluruhan terhadap
kehidupan kerja bersama dengan rasa memiliki kumulatif terhadap kelompok kerja
dan menjadi layak serta terhormat. Pengaruh QWL dengan perasaan seseorang
tentang setiap dimensi pekerjaan termasuk imbalan dan tunjangan ekonomi,
keamanan, kondisi kerja, hubungan organisasi dan interpersonal, serta makna
intrinsik kehidupan seseorang. Kualitas kehidupan kerja merupakan isu penting
organisasi untuk mencapai keunggulan kompetitif, hal ini disebabkan oleh
pandangan bahwa QWL dianggap mampu meningkatkan partisipasi dan kontribuasi
anggota organisasi. QWL memiliki dampak positif yang signifikan terhadap tugas
yang dilakukan karyawan, konteks di mana mereka berada, dan kinerja pekerjaan
mereka secara keseluruhan. Karyawan mengalami QWL yang lebih baik, ketika
mereka memiliki kecukupan sumber daya, dukungan, kekuasaan dan peluang di
tempat kerja.
Etos kerja ini perlu dibahas, sebab
bagi umat islam sangat diperlukan. Pembahasan ini perlu bagi seorang muslim
karena akan menjadi peta dalam kesuksesan dunianya, dan dunia merupakan tempat
mereka menggapai kehidupan surga, yang merupakan impian setiap muslim.
Kesuksesan di akhirat itu juga tidak terlepas dari kesuksesan di dunia melalui
ibadah dan amalan sebagaimana diajarkan oleh agam islam. Banyak asumsi bahwa
umat muslim memiliki etos kerja yang buruk dan menjadi umat yang terbelakang
dalam kemiskinan dan tertinggal. Dari ratusan teori sukses yang beredar di
masyarakat sekarang ini dapat disederhanakan menjadi empat pilar teori utama.
Keempat pilar inilah yang sesungguhnya bertanggung jawab menopang semua jenis
dan sistem keberhasilan yang berkelanjutan pada semua tingkatan.
1. 1. Mencetak
prestasi denganmotivasi superior
2. 2. Membangun
masa depan dengan kepemimpinan visioner
3. 3.Menciptakan
nilai baru dengan inovasi kreatif
4. 4. Meningkatkan
mutu dengan keunggulan insani
Dari
keempat hal diatas kemudian dirumuskan menjadi delapan aspek etos kerja yaitu:
1. 1.Kerja adalah rahmat. Seluruh pekerjaan kita, entah
pengusaha, pegawai kantor, sampai buruh sekalipun, adalah dari Tuhan. Anugerah
itu kita terima tanpa syarat, seperti halnya menghirup udara dan oksigen tanpa
biaya sepeserpun.
2. 2.Kerja
adalah panggilan. Kerja merupakan suatu darma yang sesuai dengan panggilan jiwa
sehingga kita mampu bekerja dengan penuh integritas. Jadi, jika pekerjaan atau
profesi sebagai panggilan, kita bisa berucap pada diri sendiri. Dengan begitu
kita tidak akan merasa puas jika hasil karya kita kurang baik.
3. 3. Kerja
adalah amanah. Kerja adalah titpan berharga yang dipercayakan pada kita sehinga
secara moral kita harus bekerja dengan benar dan penuh tanggung jawab. Etos
dapat membuat kita bekerja sepenuh hati dan menjauhi tindakan tercela, seperti
korupsi dalam berbagai bentuk.
4. 4.Kerja
adalah ibadah. Bekerja adalah bentuk bakti dan ketakwaan kita kepada Tuhan,
sehingga melalui pekerjaan manusia engarahkan dirinya pada tujuan agung Sang
Pencipta dalam pengabdian. Kesadaran ini membuat kita bekerja secara ikhlas,
tidak hanya demi mencari uang atau jabatan semata.
5. 5.Kerja
adalah kehormatan. Seremeh apapun pekerjaan kita, itu merupakan sebuah
kehormatan. Jika kita bisa menjaga kehormatan kita dengan baik, maka kehormatan
lain yang lebih besar akan datang kepada kita.
6. 6.Kerja
adalah aktualisasi. Pekerjaan merupakan saran bagi kita untuk mencapai hakikat
manusia yang tertinggi, sehingga kita akan bekerj keras dengan penuh semangat.
Meski terkadang membuat kita lelah, bekerja tetap merupakan cara terbaik untuk
mengembangkan potensi dii dan membuat kita merasa ada.
7. 7.Kerja
adalah seni. Kesadaran ini dapat membuat kita bekerja dengan perasaan senang seperti halnya melakukan sebuah hobi.
8. 8.Kerja
adalah pelayanan. Manusia bekerja tidak hanya untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri saja tetapi untuk melayani, sehingga harus bekerja dengan sempurna dan
penuh kerendahan hati.
Esensi sebenarnya dari menjaga keseimbangan dalam kehidupan seseorang
menurut prinsip-prinsip islam berasal dari agama, ibadah, ide, atau kegiatan
sehari-hari. Mempraktikkan keseimbangan kehidupan kerja juga akan menuntut
manajemen waktu yang efektif. Nilai kerja dalam prespektif islam secara
sistematis mempertimbangkan semua aspek, tidak hanya aspek spiritual dan moral
dari nilai kerja, tetapi juga aspek material, kebahagiaan lingkungan erja, dan
kepuasan kerja. Tujuan utama seorang muslim adalah mencari keridhaan Allah. Tujuan
‘menyenangkan Allah’ sangat mempengaruhi psikologi seseorang dan mentalitas dan
membuat mereka kuat secara spiritual. Dengan kekuatan itu, mereka fokus pada
tujuan mereka dengan menahan godaan duniawi. Untuk mencapai keseimbangan hidup,
kehidupan seorang muslim bertumpu pada tiga prinsip dasar tauhid, al-akhira,
dan khlifah. Dikatakan bahwa dalam iklim pandangan filosofis ekonomi islam,
etikalah yang mendominasi ekonomi dan bukan sebaliknya, dan bahwa ekonomi islam
dicirikan sebagai etika di samping menjadi saleh, manusiawi, dan seimbang.
Etika kerja diindikasikan memiliki dampak terbesar terhadap kepuasan
kerja, seorang muslim cenderung mengejar aspek ekstrinsik dan intrinsik dari
pekerjaan untuk kepuasan kerja mereka. Aspek ekstrinsik berarti pekerjaan
tersebut merupakan sumber daya ekonomi untuk bertahan hidup, dan digunakan
dengan baik untuk tujuan akhirat. Sementara itu, aspek intrinsik meliputi
memilikipekerjaan yang menarik atau pekerjaan yang berguna bagi masyarakat, dan
lainnya secara positif, serta pekerjaan dianggap sebagai sumber kemandirian dan
sarana untuk mendorong pertumbuhan pribadi, kepuasan dan pemenuhan diri. Spiritualitas
membantu seseorang memprioritaskan kebutuhan keluarganya dan kehidupannya.
Seorang muslim membutuhkan keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga,
dengan alasan bahwa mereka dituntut untuk menjadi baik tidak hanya dalam
pekerjaan mereka dan dengan orang-orang di sekitar mereka, tetapi juga untuk
orang tua dan keluarga mereka. Islam Work Ethics akan mengarah pada Work
Life Balance yang berlandaskan pada nilai-nilai islam yang secara langsung
akan menciptakan kepuasan kerja yang islami. Karyawan atau pekerja yang dapat
menyeimbangkan antara pekerjaan dan kehidupan pribadinya mampu meningkatkan
kepuasan kerjanya. Mereka akan menemukan ketenangan sebelum,selama dan setelah
melakukan pekerjaan, berdasarkan
keyakinan bahwa bekerja adalah ibadah yang dilakukan untuk mencapai
ridha Allah.
Penerapan nilai-nilai IWE sanga
berpengaruh positif tidak hanya berdampak pada kinerja pegawai secara individu
namun juga organisasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku tidak etis
misalnya, tahap perkembangan moral, pengaruh keluarga dan pengaruh teman
sebaya. Pedoman etika yang harus diwujudkan dalam diri yaitu bersikap amanah,
jujur, dan musyawarah. Islam adalah cara hidup yang lengkap. Oleh sebab itu,
etika dapat diterapkan pada setiap aspek kehidupan umat islam termasuk saat
bekerja. Etos kerja juga kemungkinan besar mempengaruhi prestasi kerja
individu. Islam memandang bekerja sebagai bagian integral dari ibadah kepada
Allah. Dalam pandangan tersebut, setiap muslim akan melihat pekerjaannya dalan
dua cara:
·
Sebagai sumber dukungan keuangan dan mencapai
kehidupan duniawi yang baik
·
Sebagai sarana mengabdi kepada Allah dan mempersiapkan
keberhasilan hidup akhirat
Prinsip etika kerja dalam islam berasal dari Al-Quran, perkataan dan
praktik Nabi Muhammad. Banyak ayat Al-Quran berbicara tentang keadilan dan
kejujuran, dan sopan santun dan keadilan dalam hubungan kerja, juga mendorong
manusia untuk mempelajari keterampilan baru dan berusaha melakukan pekerjaan
baik yang bermanfaat bagi individu dan masyarakat. Dalam islam memberikan
perhatian yang ketat bahwa pekerja tidak boleh dieksploitasi dan bahwa kondisi
kerja harus baik termasuk beban kerja yang wajar dan terjangkau agar pekerja
dapat bekerja. Oleh sebab itu kepuasan kerja selalu menjai hal krusial bagi
kebahagiaan atau ketidakbahagiaan karyawan pada saat bekerja, dan ini jelas merupakan
kualitas keseluruhan perasaan individu tentang berbagai aspek pekerjaan mereka.
IWE bersifat komprehensif, realistis dan moderat, oleh karena itu tidak
hanya sekedar persoalan moalitas agama dalam pembuatan tertentu tetapi mencakup
seluruh aspek kehidupan baik jasmani, rohani, lingkup moral atau emosional,
yang berkaitan dengan aspek intelektual, emosional, individu dan kolektif
karyawan. IWE memainkan peran penting dalam mengurangi dampak negatif dari
kondisi kerja yang buruk, seperti konflik keluarga-pekerjaan atau persepsi
politik organisasi.
Secara eksplisit beberapa sikap yang perlu atau seharusnya mendasari
seseorang dalam memberikan nilai pada kerja, yang disimpulakn sebagai berikut:
1. 1.Bekerja
adakah hakikat kehidupan manusia
2. 2.Bekerja
adalah suatu berkat Tuhan
3. 3.Bekerja
merupakan sumber penghasilan yang halal dan tidak amoral
4. 4. Bekerja
merupakan suatu kesempatan untuk mengemabngkan diri dan berbakti
5. 5.Bekerja
merupakan sarana pelayanan dan perwujudan kasih
Masyarakat diaktakan memiliki etos kerja yang tinggi apabila menunjukkan
tanda-tanda sebagai berikut:
·
Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil
kerja manusia
·
Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna
bagi kehidupan manusia
·
Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal
yang amat luhur bagi eksistensi manusia
·
Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan
ketekunan dan sekaligus sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita
·
Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah
Sedangkan, bagi individu maupun kelompok masyarakat yang memiliki etos
kerja yang rendah, maka akan ditujukkan ciri-ciri yang sebaliknya, yaitu:
·
Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri
·
Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia
·
Kerja dipandang sebagai suatu pengahambat dalam
memperoleh kesenangan
·
Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan
·
Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutintas hidup
Etos kerja pribadi muslim, menyatakan bahwa “bekerja” bagi seorag muslim
adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh aset, fikir
dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai
hamba Allah yang harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian
dari masyarakat yang terbaik, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
dengan bekerja manusia itu memanusiakan dirinya. Manusia adalah khalifah di
alam ini yang mengemban misi di bumi. Faktor pertama ini yang selama ini banyak
dilalaikan oleh orang, amanh merupakan hal yang berat bagi manusia, sekaligus
merupakan bentuk komitmen untuk mengerjakan dan mengerahkan segala usaha untuk
melakukan suatu pekerjaan. Amanah merupakan tanggung jawab yang besar dalam
segala aspek bagi seorang muslim, karna ketika amanah itu tiiada maka seseorang
tidak ada rasa takut dan menjadikan ia semena-mena dalam melaksanakan suatu
pekerjaan.
Faktor kedua yaitu kekuatan, yang dimaksud adalah kemampuan dan keprofesionalan
dalam suatu bidang untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Sebab stiap pekerjaan
membutuhkan skill yang profesional agar apa yang dilakukan maksimal dan target
yang diharapkan tercapai. Dalam bekerja seorang muslim harus mempunyai etos
kerja islami yang diantaranya:
1. Profesional,
setiap pekerja yang harus dilakukan seorang muslim harus dilakukan dengan
sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik. Tentu untuk mencapai
profesionalisme harus didukung dengan sarana yang ilmiah, modern dan canggih.
2. Tekun.
Seorang muslim tidak hanya sekedar bekerja, tapi juga menekankan agar bekerja
dengan tekun dan baik dapat menyelesaikannya dengan sempurna karena itu merupakan
kewajiban setiap muslim.
3. Amanah
dalam bekerja adalah suatu perbuatan yang sangat mulia dan utama.
4. Jujur
dalam bekerja bukan hanya tuntutan melainkan juga ibadah. Seorang muslim yang
dekat dengan Allah akan bekerja dengan baik di dunia dan akhirat.
5. Kreatif,
orang yang hari ini sama dengan hari kemarin dianggap merugi karena tidak ada
kemajuan dan tertinggal oleh perubahan. Apalagi orang yang hari ini lebih buruk
dari kemarin dianggap orang celaka, karena berarti akan tertinggal jauh dan
sulit lagi mengejar. Orang yang beruntung adalah orang yang hari ini lebih baik
dari kemarin, berarti selalu ada penambahan atau progres.
Beberapa kriteria seperti kejujuran, keadilan, penghargaan dan kebijaksanaan
mampu mengurangi masalah disiplin dan meningkatkan kualitas layanan. Empat
unsur yaitu kejujuran, dapat dipercaya, keadilan dan kejujuran merupakan faktor
utama yang berkontribusi terhadap tingkat profesional individu. Akhlak sangat
penting untuk memicu dan melatih individu dalam melakukan tindakan tertentu
yang menciptakan dampak besar dan positif bagi organisasi. Jika setiap pekerja
mempraktikkan seluruh kriteria tersebut terus-menerus, maka kompetensi individu
dan organisassi scara keseluruhan akan terwujud.
Etos kerja pribadi muslim ada 14 karakter etos kerja seorang muslim, karakter
tersebut adalah :
1. Memiliki
kepemimpinan
Manusia adalah
khalifah di bumi, dan pemimpin berarti mengambil peran secara aktif untuk
mempengaruhi orang lain, agar orang lain dapat berbuat baik sesuai
keinginannya. Kepemimpinan berarti kemampuan untuk mengambil posisi sekaligus
memainkan peran, sehingga kehadiran dirinya memberikan pengaruh pada
lingkungannya. Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai personalitas tinggi. Dia
larut dalam keyaninannya tetapi tidak segan untuk menerima kritik, bahkan
mengikuti yang terbaik.
2. Menghargai
waktu
Waktu adalah
rahmat yang tiada terhitung nilainya, dan konsekuensi logisnya adalah menjadikan
waktu sebagai wadah produktifitas. Ajaran islam adalah ajaran yang rill, bukan
sebagai ajaran yang mengawang-ngawang, bukan pula bahan konsumsi diskusi konsep
lapuk di atas meja seminar. Tetapi dia merupakan ayat-ayat amaliyah, suatu
agama menuntut pengalaman ayat-ayat dalam bentuk yang senyata-nyatanya, melalui
gerakan bil haal. Setiap muslim harus menyadari bahwa apa yang akan diraih
pada waktu yang akan datang ditentukan oleh caranya mengada pada hari ini.
3. Selalu
berhitung
Rasulullah
bersabda ‘bekerjalah untuk duniamu seakan hidup selamanya dan beribadahlah
untuk akhiratmu seakan engkau akan mati besok’. Seorang muslim haruslah
melihat resiko dan memplaning apa yang akan dilakukan agar konsisten, tepat
waktu dan bisa mendapatkan hasil yang memuaskan.
4. Tidak
pernah puas dengan berbuat baik
Merasa telah
puas dalam berbeuat kebaikan adalah tanda-tanda kematian kreatifitas. Seorang
muslim akan tampak dari semangat juangnya, yang tak mengenal lelah, tidak ada kata
menyerah pantang surut apalagi terbelenggu dalam kemalasan yang nista. Dengan
semangat tersebut, seorang muslim selalu berusaha untuk mengambil posisi dan
memaikan perannya yang dinamis dan kreatif.
5. Memiliki
jiwa wiraswasta
Memiliki semangat
wiraswasta tinggi, memikirkan segala fenomena yang ada disekitarnya, merenung
dan kemudian bergelora semangatnya untuk mewujudkan setiap renungan batinnya
dalam bentuk yang nyata dan realistis, nuraninya sangat halus dan tanggap
terhadap lingkungan dan setiap tindakannya diperhitungkan dengan laba rugi.
6. Memiliki
kemandirian
Keyakinan atas
nilai tauhid penghayatan terhadap ikrar iyyaka na’budu, menyebabkan
setiap pribadi muslim yang memiliki semangat jihad sebagai etos kerjanya,
adalah jiwa merdeka. Semangat macam ini melahirkan sejuta kebahagiaan yang
diantaranya adalah kebahagiaan untuk memperoleh hasil dan usaha atas karsa dan
karya yang dibuahkan dari dirinya sendiri. Kemandirian bagi diri adalah lambang
perjuangan sebuah semangat yang mahal harganya.
7. Hidup
hemat dan efisien
Hidup hemat dan
efisien adalah dua sifat yang bagus bagi seorang muslim, orang yang berhemat
adalah orang yang mempunyai pandangan jauh
kedepan, hemat selalu di indentikkan dengan menumpuk harta kekayaan,
sedangkan orang yang efisien di dalam mengelola setiap resources yang
dimilikinya, dia menjauhkan dari sifat yang tidak produktif dan mubazir.
8. Memiliki
jiwa bertanding dan bersaing
Semangat bertanding merupakan sisi seornag mslim yang tangguh, melalui
lapangan kebijakan dan meraih prestasi. Harus disadari dengan penuh keyakinan
yang mendalam bahwa keuletan dan kegigihan adalah fitrah diri setiap pribadi
manusia, sehingga sikap kehilangan semangat dan malas berkompetensi adalah
kondisi melawan fitrah kemanusiaan, dan menghianati misi sebagia seorang
khalifah di dunia.
9. Haus
untuk memiliki sifat keilmuan
Setiap pribadi muslim diajarkan untuk mampu membaca
environment dari dirinya sendiri sampai pada yang universe dan bahkan memasuki
ruang yang lebih metafisik. Dari rasa haus akan keilmuan ini akan menimbulkan
sifat kritis, semangat membara dan selalu belajar lebih baik.
10. Memperhatikan
kesehatan dan gizi
Menjaga kesehatan adalah salah satu cara untuk menjaga
kekuatan, karena semangat yang membara juga membutuhkan tubuh yang sehatan dan
kuat. Etos kerja muslim adalah etos yang sangat erat kaitannya dengan cara
dirinya memelihara kebugaran dan kesegaran jasmaninya.
11. Ulet dan
pantang menyerah
Keuletan meruapakan modal yang sangat besar didalam
menghadapi segala macam tantangan atau tekanan, sebab sejarah telah banyak
membuktikkan betapa banyak bangsa-bangsa yang memiliki sejarah kelam yang
akhirnya dapat keluar dengan inovasi dan keuletan yang mereka miliki.
12. Berwawasan
makro-universal
Dengan memiliki wawasan, seorang muslim menjadi
manusia yang bijaksana. Mampu membuat pertimbangan yang tepat, serta
keputusannya lebih mendekati presisi yang terarah dan benar. Seorang muslim
tidak hanya berkewajiban pada ibadah-ibadah yang mahdoh saja tetapi dia juga
memiliki tanggung jawab yang lain dari sosial,ekonomi, kemasyarakatan lain yang
bersifat kesalihan sosial.
13. Berorientasi
pada produktivitas
Seorang muslim itu seharusnya sangat menghayati makna
yang difirmankan Allah dengan sangat tegas melarang sikap mubazir karena
sesungguhnya itu merupakan perilaku syaitan. Dari ayat tersebut jiwa seorang
muslim akan terarah pada etos kerja yang baik. Sikap seperti ini merupakan
modal dasar dalam upaya untuk menjadikan dirinya sebagai manusia yang berorientasi
kepada nilai-nilai produktif.
14. Memperkaya
jaringan silaturahim
Silaturahim, bentuk sambung rasa yang dinamis dapat
memberikan dampak yang sangat luas. Apalagi dunia bisnis merupakan dunia relasi
sebuah jaringan yang membutuhkan lebih banyak informasi dan komunikasi. Sebab
itu tidak ada alasan sedikitpun bagi seorang muslim untuk mengisolasi diri dari
tatanan sosial.
Pekerjaan atau kehidupan kerja sudah menjadi bagian
dari kebutuhan utama kehidupan seseorang. Namun, tanpa eksekusi yang hebat dan
prestasi yang gemilang, bekerja semata tidak akan bisa memberikan hasil yang
produktif bagi seorang individu khususnya sebagai seorang muslim. Jadi, untuk
mencapai dan mempertahankan kualitas kinera kerja seorang muslim yang baik,
diperlukan pendekatan yang berbeda, yaitu: kesadaran akan religius islam.
Sebagaimana tercantum dalam Al-Quran yang menyiratkan bahwa salah satu tujuan
diciptakannya manusia adalah menyadarkan manusia akan pentingnya niat sebelum
memulai dan mengakhiri segala kegiatan, yaitu beribadah kepada tuhan dan mengerjakan
tugas apapun yang diberikan demi ridho-Nya. Kesadaran ini dapat mendorong
setiap inividu muslim untuk melakukan tugasnya secara efektif. Selain itu,
dengan pembinaan kesadaran religius islam, seorang muslim kan selalu berusaha
untuk berperilaku baik dalam kehidupan sehari-hari dan menghindari perilaku
tidak etis. Hal tersebut disebabkan oleh ketakutan mereka terhadap Allah, serta
keimanan mereka kepada Allah akan selalu mengawasi mereka kapanpun dan dimanaun
mereka berada.
Dalam bekerja, masyarakat dapat bersosialisasi dengan
berbgai macam karakter dan pengalaman individu. Dengan begitu, melalui bekerja
manusia akan menjadi lebih bijaksana, berpikir kritis, dan lebih berdedikasi
dalam hidupnya. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas kinerja karyawan,
suatu organisasi harus memperhatikan wawasan karyawannya tentang religius
mereka dan memastikan standar etika mereka dari perspektif islam.
Seiring dengan meluasnya bisnis global dan perkembangan
modern di seluruh dunia, isu akuntabilitas sosial dan perilaku etis di seluruh
level karyawan masih hangat diperbincangkan. Hal tersebut disebabkan pentingnya
etika dalam meningkatkan prestasi kerja yang banyak dibuktikan, baik oleh
peneliti maupun organisasi itu sendiri. Sayangnya, dalam masyarakat saat ini
sebagian besar individu bahkan negara-negara muslim menolak untuk mengikuti
aturan dan tidak berperilaku sesuai aturan. Banyak umat islam yang mengabaikan
standar etika islam dalam berbisnis atau melakukan suatu pekerjaan, karena
mereka hanya mengupayakan keuntungan besar dan prestasi kerja yang tinggi tanpa
mengikuti etika kerja islam. Oleh sebab itu, penting untuk mendidik individu
muslim untuk berkinerja baik dalam pekerjaannya dengan mematuhi seluruh etika
kerja islam.
Dengan begitu, agar masyarakat tidak berperilaku tidak
etis, maka masyarakat harus memilikinya dalam diri dengan nilai-nilai akhlak
yang kuat, khususnya masyarakat muslim yang telah berpedoman pada Al-Quran dan
hadis dalam kehidupan sehari-harinya. Islam adalah jalan hidup sekaligus
mengarah pada individu dan organisasi, keberhasilanny adalah jika seluruh
individu mempelajari prinsip-prinsipnya dan dapat memperoleh pedoman dalam
berperilaku islami, sebagaimana ajaran islam diterima untuk semua generasi.
Lebih lagi setiap individu dapat hidup tentram jika taat pada kehendak Allah
dalam segala urusan kehidupan. IWE menyoroti perilaku yang ada bail dilarang atau
dipromosikan utnuk untuk individu dalam suatu organisasi. Melalui IWE pekerjaan
dapat terorganisasi dengan baik dan sekaligus memberikan kontribusi dalam
pertumbuhan ekonomi pula memobilisasi keberhasilan organisasi dna individu.
Ajaran islam memainkan peran penting dalam kehidupan
indivdu, keluarga, dan profesional seorang muslim. Oleh karena itu seorang
muslim sejati tidak boleh menggerutu atau mengeluh terhadap tugas yang
diberikan dan selalu berusaha untuk tetap berkomitmen dan melaksanakan tugas
yang diberikan kepadanya dengan baik. Sebanyak semua hal yang mereka lakukan
adalah karena keikhlasan menuju ridho Allah. Bukan hanya untuk emndapatkan
pahala duniawi, tetapi juga untuk memperoleh pahala di akhirat. Seorang muslim
akan merasakan kepuasan yang tinggi ketika mereka menempatkan nilai yang tinggi
usaha dan keihlasan yang utuh dalam segala tugas yang diberikan kepadanya,
serta ‘tawakal’ terhadap setiap hasil atau imbalannya.
Organisasi harus menentukan cara yang tepat dalam
memberikan kesadaran mendalam terhadap religius islam dan etika kerja islami
pada setiap individu muslim. Selain itu pemberi kerja juga harus senantiasa
mengevaluasi pemahaman dan kesadaran pegawai terhadap religius dan etika kerja
dalam sudut pandang islam. Apabila jika mereka menjadikan religius islam
sebagai landasan dalam beraktivitas sehari-hari akan membawa kesuksesan besar
serta kemakmuran jangka panjang, baik bagi individu maupun pribadi organisasi
itu sendiri. Sebagai implikasi teoritis, hubungan tampak sangat positif dan
terjalin antara kualitas kehidupan kerja karyawan di lingkungan kerja
sehari-hari dan kepuasan kerja mereka secara keseluruhan dalam pekerjaan, yang
dengan demikian menegaskan kembali bahwa semakin besar kualitas kehidupan kerja
yang dinikmati karyawan dam organisasi, semaki baik kinerja organisasi yang
disumbangkan oleh karyawan tersebut.
Membahas etos kerja dalam islam, berarti menggunakan
dasar pemikiran bahwa islam sebagai suatu sistem keimanan, tentunya mempunyai
pandangan tertentu yang positif terhadap masalah etos kerja. Adanya etos kerja
yang kuat memerlukan kesadaran pada orang bersangkutan tentang kaitan suatu
kerja dengan pandangan hidupnya yang lebih menyeluruh, yang pandangan hidup itu
memberinya keinsafan akan makna dan tujuan hidupnya. Dengan kata lain,
seseorang agaknya akan sulit melakukan suatu pekerjaan dengan tekun jika
pekerjaan itu tidak bermakna baginya, dan tidak bersangkutan dengan tujuan
hidupnya yang lebih tinggi, langsung ataupun tidak langsung.
Arif, S., Ahmad, J., & Ramzan,
S. (2023). Impact of Islamic Work Ethics on Organizational Citizenship Behavior: Mediating Role of Job Satisfaction in the Banking Sector of Quetta
City. Journal of Social Sciences Review, 3(2), 995–1011.
https://doi.org/10.54183/jssr.v3i2.336
Candra, W., Tubastuvi, N.,
Santoso, S. B., & Haryanto, E. (2022). Analysis of The Islamic Leadership, Islamic Work Ethics and Intellectual Intelligence on Employee Performance with
Islamic Organization Culture as Moderated Variables. Journal of Islamic
Economic and Business Research,2(1).
https://doi.org/10.18196/jiebr.v2i1.21
Kirom, C. (2018). Etos Kerja
dalam Islam. Tawazun: Journal of Sharia Economic Law, 1(1). http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/tawazun/index
Kusumaningtyas Sugiyanto,
E., Rahman, T., & Santoso, A. (2020). Islamic Work Ethics in Building
Work Life Balance to Achieve Islamic Job Satisfaction. 14(2).
https://doi.org/10.18326/infsl3.v14i2
Rokhman, W., & Ahamed,
F. (2021). The Influence of Quality of Work Life and Islamic Work Ethics
Towards Job Performance among SMEs’ Employee. IQTISHADIA, 14(1),
125. https://doi.org/10.21043/iqtishadia.v14i1.11729
Zahrah, N. (2016). The
Relationship between Islamic Religiosity, Islamic Work Ethics and Job
Performance. 710–716. https://doi.org/10.15405/epsbs.2016.08.100
Tidak ada komentar:
Posting Komentar