Jumat, 19 Januari 2024

“Harmoni dan Sukses: Etos Kerja Islam dalam Meraih Prestasi Optimal“

 “Harmoni dan Sukses: Etos Kerja Islam dalam Meraih Prestasi Optimal“

 

            Peningkatan kualitas kerja berkaitan dengan landasan yang kokoh dan penerapan aturan, norma, dan nilai yang berlaku di lingkungan kerja. Menaati etika selama kerja, kinerja sangat penting untuk keberhasilan suatu organisasi manapun. Namun, beberapa profesi pekerjaan lebih rentan daripada yang lain dalam hal etika. Selain itu, agama memainkan peran penting dalam membentuk sikap, perilku dan persepsi para pemeluknya dalam hal mengikuti etika, moralitas dan nilai-nilai yang diajarkan oleh agama. Bagi umat islam menerapkan nilai-nilai dan etika islam karena ingin mendapatkan berkah dari ALLAH SWT. (Arif et al., 2023)

            Etika adalah hal yang penting dalam masyarakat termasuk bagi organisasi karena di dalamnya terkandung nilai-nilai yang akan mendorong seseorang untuk bekerja secara optimal dan selalu dijiwai oleh hati nurani. Masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama islam cenderung menerapkan nilai-nilai islam dalam kehidupan kerja mereka. Etika kerja dalam islam dikenal dengan istilah Etika Kerja Islam (Islamic Work Ethics). Nilai-nilai Etika Kerja Islam berorientasi pada kerja yang positif dan menyeimbangkan kehidupan individu dan sosial. Etika Kerja Islam berfokus pada sudut pandang yang berbeda karena mencerminkan cara hidup dan tradisi Muslim. Hal tersebut akan berdampak pada bagaimana seorang muslim memiliki pandangan tentang keseimbangan kerja dan kepuasan kerja yang mereka dapatkan. (Kusumaningtyas Sugiyanto et al., 2020)

            Etika kerja islam juga didefinisikan sebagai sikap dalam bekerja yang dilandasi oleh nilai-nilai agama, antara lain bekerja secara optimal, bersaing secara sehat, melaksanakan kewajiban, memberikan dedikasi terbaik, bekerja sama secara harmonis tanpa diskriminasi dan mendapatkan penghasilan sesuai dengan apa yang dikerjakan. Dalam perspektif Islam, etika diartikan sebagai suatu tindakan yang diterima sebagai norma yang tidak bertentangan dengan aturan-aturan islam. Etika kerja haruslah bersifat universal, sehingga dapat diterima oleh masyarakat manapun tanpa memandang agama, ras, warna kulit, maupun etnis. Sebuah organisasi secara langsung dapat memperoleh manfaat dari memiliki pekerja yang taat karena mereka seimbang dalam segala aspek dan menurut pandangan filososfis, seorang yang taat tidak hanya akan meningkatkan produktivitas san kinerja perusahaan, tetapi juga menghasilkan perilaku yang mulai diantara para pekerja. Oleh sebab itu, segala upaya untuk meningkatkan kinerja organisasi harus dilakukan dengan menanamkan prioritas Islan yang berlandaskan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. (Kusumaningtyas Sugiyanto et al., 2020)

            Kinerja merupakan suatu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang diperoleh dari seorang pegawai yang menyelesaikan pekerjaannya dengan tanggung jawab yang telah diberikan. Pengelolaan sumber daya manusia yang baik akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai seperti kepemimpinan, faktor individu, dan etos kerja islam. Kepemimpinan merupakan persoalan penting dalam Islam karena berkaitan dengan tujuan manusia. Etos kerja Islam merupakan sikap kepribadian yang menumbuhkan keyakian bahwa bekerja bukan hanya untuk diri sendiri, namun bkerja merupakan salah satu aktivitas yang mencerminkan amal shaleh yang bernilai ibadah (Candra et al., 2022). Kinerja juga merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan berdasarkan pengetahuan tertentu. Yang dapat disimpulkan bahwa kinerja pengawai adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh kelompok pegawai/pegawai dalam mencapai tujuan organisasi berdasarkan tugas dan tanggung jawabnya, secara efektif dan efisien dngan kemampuan, peluang dan tanggung jawabnya.

            Kepemimpinan adalah suatu kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam kehidupan berjamaah, seorang pemimpin mempunyai peran strategis dalam menetapkan pola dan gerakan. Keterampilan memimpin akan mengantarkan umatnya mencapai tujuan, yang namanya harkat dan kesejahteraan disertai dengan ridha Allah, sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran. Kepemimpinan dalam Islam seperti yang diamalkan oleh Nabi Muhammad SAW, dimana gaya kepemimpinannya sesuai dengan Al-Quran. Dalam islam, bekerja dianggap sebagai fakta kehidupan dan misteri pencita. Manusia mengekspresikan eksistensi mereka dengan usaha dan menentukan nilai mereka yang sebenarnya dengan bekerja. Dalam islampun, bekerja dan berusaha adalah seperti jihad di jalan Allah. Dalam Perspektif islam, kepuasan kerja adalah ketenangan yang diperoleh karyawan sebelum, sekama dan sesudah melakukan pekerjaan, berdasarkan keyakinan bahwa bekerja adalah ibadah yang dilakukan untuk mencapai keridhaan Allah.(Candra et al., 2022)

            Dalam bekerja juga harus memperhatikan quality of work-life (QWL) guna meningkatkan profesionalisme kerja yang pada akhirnya berdampak langsung pada peningkatan kinerja. QWL adalah kontruksi multidimensi yang mengacu pada kepuasan keseluruhan terhadap kehidupan kerja bersama dengan rasa memiliki kumulatif terhadap kelompok kerja dan menjadi layak serta terhormat. Pengaruh QWL dengan perasaan seseorang tentang setiap dimensi pekerjaan termasuk imbalan dan tunjangan ekonomi, keamanan, kondisi kerja, hubungan organisasi dan interpersonal, serta makna intrinsik kehidupan seseorang. Kualitas kehidupan kerja merupakan isu penting organisasi untuk mencapai keunggulan kompetitif, hal ini disebabkan oleh pandangan bahwa QWL dianggap mampu meningkatkan partisipasi dan kontribuasi anggota organisasi. QWL memiliki dampak positif yang signifikan terhadap tugas yang dilakukan karyawan, konteks di mana mereka berada, dan kinerja pekerjaan mereka secara keseluruhan. Karyawan mengalami QWL yang lebih baik, ketika mereka memiliki kecukupan sumber daya, dukungan, kekuasaan dan peluang di tempat kerja.(Rokhman & Ahamed, 2021)

            Etos kerja ini perlu dibahas, sebab bagi umat islam sangat diperlukan. Pembahasan ini perlu bagi seorang muslim karena akan menjadi peta dalam kesuksesan dunianya, dan dunia merupakan tempat mereka menggapai kehidupan surga, yang merupakan impian setiap muslim. Kesuksesan di akhirat itu juga tidak terlepas dari kesuksesan di dunia melalui ibadah dan amalan sebagaimana diajarkan oleh agam islam. Banyak asumsi bahwa umat muslim memiliki etos kerja yang buruk dan menjadi umat yang terbelakang dalam kemiskinan dan tertinggal. Dari ratusan teori sukses yang beredar di masyarakat sekarang ini dapat disederhanakan menjadi empat pilar teori utama. Keempat pilar inilah yang sesungguhnya bertanggung jawab menopang semua jenis dan sistem keberhasilan yang berkelanjutan pada semua tingkatan.

1.    1. Mencetak prestasi denganmotivasi superior 

2.    2. Membangun masa depan dengan kepemimpinan visioner

3.     3.Menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif

4.    4. Meningkatkan mutu dengan keunggulan insani

Dari keempat hal diatas kemudian dirumuskan menjadi delapan aspek etos kerja yaitu:

1.     1.Kerja  adalah rahmat. Seluruh pekerjaan kita, entah pengusaha, pegawai kantor, sampai buruh sekalipun, adalah dari Tuhan. Anugerah itu kita terima tanpa syarat, seperti halnya menghirup udara dan oksigen tanpa biaya sepeserpun.

2.     2.Kerja adalah panggilan. Kerja merupakan suatu darma yang sesuai dengan panggilan jiwa sehingga kita mampu bekerja dengan penuh integritas. Jadi, jika pekerjaan atau profesi sebagai panggilan, kita bisa berucap pada diri sendiri. Dengan begitu kita tidak akan merasa puas jika hasil karya kita kurang baik.

3.    3. Kerja adalah amanah. Kerja adalah titpan berharga yang dipercayakan pada kita sehinga secara moral kita harus bekerja dengan benar dan penuh tanggung jawab. Etos dapat membuat kita bekerja sepenuh hati dan menjauhi tindakan tercela, seperti korupsi dalam berbagai bentuk.

4.     4.Kerja adalah ibadah. Bekerja adalah bentuk bakti dan ketakwaan kita kepada Tuhan, sehingga melalui pekerjaan manusia engarahkan dirinya pada tujuan agung Sang Pencipta dalam pengabdian. Kesadaran ini membuat kita bekerja secara ikhlas, tidak hanya demi mencari uang atau jabatan semata.

5.    5.Kerja adalah kehormatan. Seremeh apapun pekerjaan kita, itu merupakan sebuah kehormatan. Jika kita bisa menjaga kehormatan kita dengan baik, maka kehormatan lain yang lebih besar akan datang kepada kita.

6.     6.Kerja adalah aktualisasi. Pekerjaan merupakan saran bagi kita untuk mencapai hakikat manusia yang tertinggi, sehingga kita akan bekerj keras dengan penuh semangat. Meski terkadang membuat kita lelah, bekerja tetap merupakan cara terbaik untuk mengembangkan potensi dii dan membuat kita merasa ada.

7.     7.Kerja adalah seni. Kesadaran ini dapat membuat kita bekerja dengan perasaan  senang seperti halnya melakukan sebuah hobi.

8.      8.Kerja adalah pelayanan. Manusia bekerja tidak hanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani, sehingga harus bekerja dengan sempurna dan penuh kerendahan hati. (Kirom, 2018)

Esensi sebenarnya dari menjaga keseimbangan dalam kehidupan seseorang menurut prinsip-prinsip islam berasal dari agama, ibadah, ide, atau kegiatan sehari-hari. Mempraktikkan keseimbangan kehidupan kerja juga akan menuntut manajemen waktu yang efektif. Nilai kerja dalam prespektif islam secara sistematis mempertimbangkan semua aspek, tidak hanya aspek spiritual dan moral dari nilai kerja, tetapi juga aspek material, kebahagiaan lingkungan erja, dan kepuasan kerja. Tujuan utama seorang muslim adalah mencari keridhaan Allah. Tujuan ‘menyenangkan Allah’ sangat mempengaruhi psikologi seseorang dan mentalitas dan membuat mereka kuat secara spiritual. Dengan kekuatan itu, mereka fokus pada tujuan mereka dengan menahan godaan duniawi. Untuk mencapai keseimbangan hidup, kehidupan seorang muslim bertumpu pada tiga prinsip dasar tauhid, al-akhira, dan khlifah. Dikatakan bahwa dalam iklim pandangan filosofis ekonomi islam, etikalah yang mendominasi ekonomi dan bukan sebaliknya, dan bahwa ekonomi islam dicirikan sebagai etika di samping menjadi saleh, manusiawi, dan seimbang.

Etika kerja diindikasikan memiliki dampak terbesar terhadap kepuasan kerja, seorang muslim cenderung mengejar aspek ekstrinsik dan intrinsik dari pekerjaan untuk kepuasan kerja mereka. Aspek ekstrinsik berarti pekerjaan tersebut merupakan sumber daya ekonomi untuk bertahan hidup, dan digunakan dengan baik untuk tujuan akhirat. Sementara itu, aspek intrinsik meliputi memilikipekerjaan yang menarik atau pekerjaan yang berguna bagi masyarakat, dan lainnya secara positif, serta pekerjaan dianggap sebagai sumber kemandirian dan sarana untuk mendorong pertumbuhan pribadi, kepuasan dan pemenuhan diri. Spiritualitas membantu seseorang memprioritaskan kebutuhan keluarganya dan kehidupannya.(Kusumaningtyas Sugiyanto et al., 2020)

Seorang muslim membutuhkan keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga, dengan alasan bahwa mereka dituntut untuk menjadi baik tidak hanya dalam pekerjaan mereka dan dengan orang-orang di sekitar mereka, tetapi juga untuk orang tua dan keluarga mereka. Islam Work Ethics akan mengarah pada Work Life Balance yang berlandaskan pada nilai-nilai islam yang secara langsung akan menciptakan kepuasan kerja yang islami. Karyawan atau pekerja yang dapat menyeimbangkan antara pekerjaan dan kehidupan pribadinya mampu meningkatkan kepuasan kerjanya. Mereka akan menemukan ketenangan sebelum,selama dan setelah melakukan pekerjaan, berdasarkan  keyakinan bahwa bekerja adalah ibadah yang dilakukan untuk mencapai ridha Allah.

            Penerapan nilai-nilai IWE sanga berpengaruh positif tidak hanya berdampak pada kinerja pegawai secara individu namun juga organisasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku tidak etis misalnya, tahap perkembangan moral, pengaruh keluarga dan pengaruh teman sebaya. Pedoman etika yang harus diwujudkan dalam diri yaitu bersikap amanah, jujur, dan musyawarah. Islam adalah cara hidup yang lengkap. Oleh sebab itu, etika dapat diterapkan pada setiap aspek kehidupan umat islam termasuk saat bekerja. Etos kerja juga kemungkinan besar mempengaruhi prestasi kerja individu. Islam memandang bekerja sebagai bagian integral dari ibadah kepada Allah. Dalam pandangan tersebut, setiap muslim akan melihat pekerjaannya dalan dua cara:

·         Sebagai sumber dukungan keuangan dan mencapai kehidupan duniawi yang baik

·         Sebagai sarana mengabdi kepada Allah dan mempersiapkan keberhasilan hidup akhirat

Prinsip etika kerja dalam islam berasal dari Al-Quran, perkataan dan praktik Nabi Muhammad. Banyak ayat Al-Quran berbicara tentang keadilan dan kejujuran, dan sopan santun dan keadilan dalam hubungan kerja, juga mendorong manusia untuk mempelajari keterampilan baru dan berusaha melakukan pekerjaan baik yang bermanfaat bagi individu dan masyarakat. Dalam islam memberikan perhatian yang ketat bahwa pekerja tidak boleh dieksploitasi dan bahwa kondisi kerja harus baik termasuk beban kerja yang wajar dan terjangkau agar pekerja dapat bekerja. Oleh sebab itu kepuasan kerja selalu menjai hal krusial bagi kebahagiaan atau ketidakbahagiaan karyawan pada saat bekerja, dan ini jelas merupakan kualitas keseluruhan perasaan individu tentang berbagai aspek pekerjaan mereka.

IWE bersifat komprehensif, realistis dan moderat, oleh karena itu tidak hanya sekedar persoalan moalitas agama dalam pembuatan tertentu tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan baik jasmani, rohani, lingkup moral atau emosional, yang berkaitan dengan aspek intelektual, emosional, individu dan kolektif karyawan. IWE memainkan peran penting dalam mengurangi dampak negatif dari kondisi kerja yang buruk, seperti konflik keluarga-pekerjaan atau persepsi politik organisasi.

           

Secara eksplisit beberapa sikap yang perlu atau seharusnya mendasari seseorang dalam memberikan nilai pada kerja, yang disimpulakn sebagai berikut:

1.     1.Bekerja adakah hakikat kehidupan manusia

2.     2.Bekerja adalah suatu berkat Tuhan

3.     3.Bekerja merupakan sumber penghasilan yang halal dan tidak amoral

4.    4. Bekerja merupakan suatu kesempatan untuk mengemabngkan diri dan berbakti

5.     5.Bekerja merupakan sarana pelayanan dan perwujudan kasih

Masyarakat diaktakan memiliki etos kerja yang tinggi apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut:

·         Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia

·         Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia

·         Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur bagi eksistensi manusia

·         Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita

·         Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah

Sedangkan, bagi individu maupun kelompok masyarakat yang memiliki etos kerja yang rendah, maka akan ditujukkan ciri-ciri yang sebaliknya, yaitu:

·         Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri

·         Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia

·         Kerja dipandang sebagai suatu pengahambat dalam memperoleh kesenangan

·         Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan

·         Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutintas hidup

Etos kerja pribadi muslim, menyatakan bahwa “bekerja” bagi seorag muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh aset, fikir dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa dengan bekerja manusia itu memanusiakan dirinya. Manusia adalah khalifah di alam ini yang mengemban misi di bumi. Faktor pertama ini yang selama ini banyak dilalaikan oleh orang, amanh merupakan hal yang berat bagi manusia, sekaligus merupakan bentuk komitmen untuk mengerjakan dan mengerahkan segala usaha untuk melakukan suatu pekerjaan. Amanah merupakan tanggung jawab yang besar dalam segala aspek bagi seorang muslim, karna ketika amanah itu tiiada maka seseorang tidak ada rasa takut dan menjadikan ia semena-mena dalam melaksanakan suatu pekerjaan.

Faktor kedua yaitu kekuatan, yang dimaksud adalah kemampuan dan keprofesionalan dalam suatu bidang untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Sebab stiap pekerjaan membutuhkan skill yang profesional agar apa yang dilakukan maksimal dan target yang diharapkan tercapai. Dalam bekerja seorang muslim harus mempunyai etos kerja islami yang diantaranya:

1.    Profesional, setiap pekerja yang harus dilakukan seorang muslim harus dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik. Tentu untuk mencapai profesionalisme harus didukung dengan sarana yang ilmiah, modern dan canggih.

2.    Tekun. Seorang muslim tidak hanya sekedar bekerja, tapi juga menekankan agar bekerja dengan tekun dan baik dapat menyelesaikannya dengan sempurna karena itu merupakan kewajiban setiap muslim.

3.    Amanah dalam bekerja adalah suatu perbuatan yang sangat mulia dan utama.

4.    Jujur dalam bekerja bukan hanya tuntutan melainkan juga ibadah. Seorang muslim yang dekat dengan Allah akan bekerja dengan baik di dunia dan akhirat.

5.    Kreatif, orang yang hari ini sama dengan hari kemarin dianggap merugi karena tidak ada kemajuan dan tertinggal oleh perubahan. Apalagi orang yang hari ini lebih buruk dari kemarin dianggap orang celaka, karena berarti akan tertinggal jauh dan sulit lagi mengejar. Orang yang beruntung adalah orang yang hari ini lebih baik dari kemarin, berarti selalu ada penambahan atau progres.(Kirom, 2018)

Beberapa kriteria seperti kejujuran, keadilan, penghargaan dan kebijaksanaan mampu mengurangi masalah disiplin dan meningkatkan kualitas layanan. Empat unsur yaitu kejujuran, dapat dipercaya, keadilan dan kejujuran merupakan faktor utama yang berkontribusi terhadap tingkat profesional individu. Akhlak sangat penting untuk memicu dan melatih individu dalam melakukan tindakan tertentu yang menciptakan dampak besar dan positif bagi organisasi. Jika setiap pekerja mempraktikkan seluruh kriteria tersebut terus-menerus, maka kompetensi individu dan organisassi scara keseluruhan akan terwujud.

Etos kerja pribadi muslim ada 14 karakter etos kerja seorang muslim, karakter tersebut adalah :

1.    Memiliki kepemimpinan

Manusia adalah khalifah di bumi, dan pemimpin berarti mengambil peran secara aktif untuk mempengaruhi orang lain, agar orang lain dapat berbuat baik sesuai keinginannya. Kepemimpinan berarti kemampuan untuk mengambil posisi sekaligus memainkan peran, sehingga kehadiran dirinya memberikan pengaruh pada lingkungannya. Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai personalitas tinggi. Dia larut dalam keyaninannya tetapi tidak segan untuk menerima kritik, bahkan mengikuti yang terbaik.

2.    Menghargai waktu

Waktu adalah rahmat yang tiada terhitung nilainya, dan konsekuensi logisnya adalah menjadikan waktu sebagai wadah produktifitas. Ajaran islam adalah ajaran yang rill, bukan sebagai ajaran yang mengawang-ngawang, bukan pula bahan konsumsi diskusi konsep lapuk di atas meja seminar. Tetapi dia merupakan ayat-ayat amaliyah, suatu agama menuntut pengalaman ayat-ayat dalam bentuk yang senyata-nyatanya, melalui gerakan bil haal. Setiap muslim harus menyadari bahwa apa yang akan diraih pada waktu yang akan datang ditentukan oleh caranya mengada pada hari ini.

3.    Selalu berhitung

Rasulullah bersabda ‘bekerjalah untuk duniamu seakan hidup selamanya dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan engkau akan mati besok’. Seorang muslim haruslah melihat resiko dan memplaning apa yang akan dilakukan agar konsisten, tepat waktu dan bisa mendapatkan hasil yang memuaskan.

4.    Tidak pernah puas dengan berbuat baik

Merasa telah puas dalam berbeuat kebaikan adalah tanda-tanda kematian kreatifitas. Seorang muslim akan tampak dari semangat juangnya, yang tak mengenal lelah, tidak ada kata menyerah pantang surut apalagi terbelenggu dalam kemalasan yang nista. Dengan semangat tersebut, seorang muslim selalu berusaha untuk mengambil posisi dan memaikan perannya yang dinamis dan kreatif.

5.    Memiliki jiwa wiraswasta

Memiliki semangat wiraswasta tinggi, memikirkan segala fenomena yang ada disekitarnya, merenung dan kemudian bergelora semangatnya untuk mewujudkan setiap renungan batinnya dalam bentuk yang nyata dan realistis, nuraninya sangat halus dan tanggap terhadap lingkungan dan setiap tindakannya diperhitungkan dengan laba rugi.

6.    Memiliki kemandirian

Keyakinan atas nilai tauhid penghayatan terhadap ikrar iyyaka na’budu, menyebabkan setiap pribadi muslim yang memiliki semangat jihad sebagai etos kerjanya, adalah jiwa merdeka. Semangat macam ini melahirkan sejuta kebahagiaan yang diantaranya adalah kebahagiaan untuk memperoleh hasil dan usaha atas karsa dan karya yang dibuahkan dari dirinya sendiri. Kemandirian bagi diri adalah lambang perjuangan sebuah semangat yang mahal harganya.

7.    Hidup hemat dan efisien

Hidup hemat dan efisien adalah dua sifat yang bagus bagi seorang muslim, orang yang berhemat adalah orang yang mempunyai pandangan jauh  kedepan, hemat selalu di indentikkan dengan menumpuk harta kekayaan, sedangkan orang yang efisien di dalam mengelola setiap resources yang dimilikinya, dia menjauhkan dari sifat yang tidak produktif dan mubazir.

8.    Memiliki jiwa bertanding dan bersaing

Semangat bertanding merupakan sisi seornag mslim yang tangguh, melalui lapangan kebijakan dan meraih prestasi. Harus disadari dengan penuh keyakinan yang mendalam bahwa keuletan dan kegigihan adalah fitrah diri setiap pribadi manusia, sehingga sikap kehilangan semangat dan malas berkompetensi adalah kondisi melawan fitrah kemanusiaan, dan menghianati misi sebagia seorang khalifah di dunia.

9.    Haus untuk memiliki sifat keilmuan

Setiap pribadi muslim diajarkan untuk mampu membaca environment dari dirinya sendiri sampai pada yang universe dan bahkan memasuki ruang yang lebih metafisik. Dari rasa haus akan keilmuan ini akan menimbulkan sifat kritis, semangat membara dan selalu belajar lebih baik.

10.  Memperhatikan kesehatan dan gizi

Menjaga kesehatan adalah salah satu cara untuk menjaga kekuatan, karena semangat yang membara juga membutuhkan tubuh yang sehatan dan kuat. Etos kerja muslim adalah etos yang sangat erat kaitannya dengan cara dirinya memelihara kebugaran dan kesegaran jasmaninya.

11.  Ulet dan pantang menyerah

Keuletan meruapakan modal yang sangat besar didalam menghadapi segala macam tantangan atau tekanan, sebab sejarah telah banyak membuktikkan betapa banyak bangsa-bangsa yang memiliki sejarah kelam yang akhirnya dapat keluar dengan inovasi dan keuletan yang mereka miliki.

12.  Berwawasan makro-universal

Dengan memiliki wawasan, seorang muslim menjadi manusia yang bijaksana. Mampu membuat pertimbangan yang tepat, serta keputusannya lebih mendekati presisi yang terarah dan benar. Seorang muslim tidak hanya berkewajiban pada ibadah-ibadah yang mahdoh saja tetapi dia juga memiliki tanggung jawab yang lain dari sosial,ekonomi, kemasyarakatan lain yang bersifat kesalihan sosial.

13.  Berorientasi pada produktivitas

Seorang muslim itu seharusnya sangat menghayati makna yang difirmankan Allah dengan sangat tegas melarang sikap mubazir karena sesungguhnya itu merupakan perilaku syaitan. Dari ayat tersebut jiwa seorang muslim akan terarah pada etos kerja yang baik. Sikap seperti ini merupakan modal dasar dalam upaya untuk menjadikan dirinya sebagai manusia yang berorientasi kepada nilai-nilai produktif.

14.  Memperkaya jaringan silaturahim

Silaturahim, bentuk sambung rasa yang dinamis dapat memberikan dampak yang sangat luas. Apalagi dunia bisnis merupakan dunia relasi sebuah jaringan yang membutuhkan lebih banyak informasi dan komunikasi. Sebab itu tidak ada alasan sedikitpun bagi seorang muslim untuk mengisolasi diri dari tatanan sosial.(Kirom, 2018)

Pekerjaan atau kehidupan kerja sudah menjadi bagian dari kebutuhan utama kehidupan seseorang. Namun, tanpa eksekusi yang hebat dan prestasi yang gemilang, bekerja semata tidak akan bisa memberikan hasil yang produktif bagi seorang individu khususnya sebagai seorang muslim. Jadi, untuk mencapai dan mempertahankan kualitas kinera kerja seorang muslim yang baik, diperlukan pendekatan yang berbeda, yaitu: kesadaran akan religius islam. Sebagaimana tercantum dalam Al-Quran yang menyiratkan bahwa salah satu tujuan diciptakannya manusia adalah menyadarkan manusia akan pentingnya niat sebelum memulai dan mengakhiri segala kegiatan, yaitu beribadah kepada tuhan dan mengerjakan tugas apapun yang diberikan demi ridho-Nya. Kesadaran ini dapat mendorong setiap inividu muslim untuk melakukan tugasnya secara efektif. Selain itu, dengan pembinaan kesadaran religius islam, seorang muslim kan selalu berusaha untuk berperilaku baik dalam kehidupan sehari-hari dan menghindari perilaku tidak etis. Hal tersebut disebabkan oleh ketakutan mereka terhadap Allah, serta keimanan mereka kepada Allah akan selalu mengawasi mereka kapanpun dan dimanaun mereka berada.(Zahrah, 2016)

Dalam bekerja, masyarakat dapat bersosialisasi dengan berbgai macam karakter dan pengalaman individu. Dengan begitu, melalui bekerja manusia akan menjadi lebih bijaksana, berpikir kritis, dan lebih berdedikasi dalam hidupnya. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas kinerja karyawan, suatu organisasi harus memperhatikan wawasan karyawannya tentang religius mereka dan memastikan standar etika mereka dari perspektif islam.

Seiring dengan meluasnya bisnis global dan perkembangan modern di seluruh dunia, isu akuntabilitas sosial dan perilaku etis di seluruh level karyawan masih hangat diperbincangkan. Hal tersebut disebabkan pentingnya etika dalam meningkatkan prestasi kerja yang banyak dibuktikan, baik oleh peneliti maupun organisasi itu sendiri. Sayangnya, dalam masyarakat saat ini sebagian besar individu bahkan negara-negara muslim menolak untuk mengikuti aturan dan tidak berperilaku sesuai aturan. Banyak umat islam yang mengabaikan standar etika islam dalam berbisnis atau melakukan suatu pekerjaan, karena mereka hanya mengupayakan keuntungan besar dan prestasi kerja yang tinggi tanpa mengikuti etika kerja islam. Oleh sebab itu, penting untuk mendidik individu muslim untuk berkinerja baik dalam pekerjaannya dengan mematuhi seluruh etika kerja islam. (Zahrah, 2016)

Dengan begitu, agar masyarakat tidak berperilaku tidak etis, maka masyarakat harus memilikinya dalam diri dengan nilai-nilai akhlak yang kuat, khususnya masyarakat muslim yang telah berpedoman pada Al-Quran dan hadis dalam kehidupan sehari-harinya. Islam adalah jalan hidup sekaligus mengarah pada individu dan organisasi, keberhasilanny adalah jika seluruh individu mempelajari prinsip-prinsipnya dan dapat memperoleh pedoman dalam berperilaku islami, sebagaimana ajaran islam diterima untuk semua generasi. Lebih lagi setiap individu dapat hidup tentram jika taat pada kehendak Allah dalam segala urusan kehidupan. IWE menyoroti perilaku yang ada bail dilarang atau dipromosikan utnuk untuk individu dalam suatu organisasi. Melalui IWE pekerjaan dapat terorganisasi dengan baik dan sekaligus memberikan kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi pula memobilisasi keberhasilan organisasi dna individu.

Ajaran islam memainkan peran penting dalam kehidupan indivdu, keluarga, dan profesional seorang muslim. Oleh karena itu seorang muslim sejati tidak boleh menggerutu atau mengeluh terhadap tugas yang diberikan dan selalu berusaha untuk tetap berkomitmen dan melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya dengan baik. Sebanyak semua hal yang mereka lakukan adalah karena keikhlasan menuju ridho Allah. Bukan hanya untuk emndapatkan pahala duniawi, tetapi juga untuk memperoleh pahala di akhirat. Seorang muslim akan merasakan kepuasan yang tinggi ketika mereka menempatkan nilai yang tinggi usaha dan keihlasan yang utuh dalam segala tugas yang diberikan kepadanya, serta ‘tawakal’ terhadap setiap hasil atau imbalannya.

Organisasi harus menentukan cara yang tepat dalam memberikan kesadaran mendalam terhadap religius islam dan etika kerja islami pada setiap individu muslim. Selain itu pemberi kerja juga harus senantiasa mengevaluasi pemahaman dan kesadaran pegawai terhadap religius dan etika kerja dalam sudut pandang islam. Apabila jika mereka menjadikan religius islam sebagai landasan dalam beraktivitas sehari-hari akan membawa kesuksesan besar serta kemakmuran jangka panjang, baik bagi individu maupun pribadi organisasi itu sendiri. Sebagai implikasi teoritis, hubungan tampak sangat positif dan terjalin antara kualitas kehidupan kerja karyawan di lingkungan kerja sehari-hari dan kepuasan kerja mereka secara keseluruhan dalam pekerjaan, yang dengan demikian menegaskan kembali bahwa semakin besar kualitas kehidupan kerja yang dinikmati karyawan dam organisasi, semaki baik kinerja organisasi yang disumbangkan oleh karyawan tersebut.

Membahas etos kerja dalam islam, berarti menggunakan dasar pemikiran bahwa islam sebagai suatu sistem keimanan, tentunya mempunyai pandangan tertentu yang positif terhadap masalah etos kerja. Adanya etos kerja yang kuat memerlukan kesadaran pada orang bersangkutan tentang kaitan suatu kerja dengan pandangan hidupnya yang lebih menyeluruh, yang pandangan hidup itu memberinya keinsafan akan makna dan tujuan hidupnya. Dengan kata lain, seseorang agaknya akan sulit melakukan suatu pekerjaan dengan tekun jika pekerjaan itu tidak bermakna baginya, dan tidak bersangkutan dengan tujuan hidupnya yang lebih tinggi, langsung ataupun tidak langsung.

 


 

       Arif, S., Ahmad, J., & Ramzan, S. (2023). Impact of Islamic Work Ethics on Organizational Citizenship        Behavior: Mediating Role of Job Satisfaction in the Banking Sector of Quetta City. Journal of                Social Sciences Review, 3(2), 995–1011. https://doi.org/10.54183/jssr.v3i2.336

      Candra, W., Tubastuvi, N., Santoso, S. B., & Haryanto, E. (2022). Analysis of The Islamic Leadership,          Islamic Work Ethics and Intellectual Intelligence on Employee Performance with Islamic                        Organization Culture as Moderated Variables. Journal of Islamic Economic and Business                        Research,2(1). https://doi.org/10.18196/jiebr.v2i1.21

      Kirom, C. (2018). Etos Kerja dalam Islam. Tawazun: Journal of Sharia Economic Law, 1(1).                          http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/tawazun/index

      Kusumaningtyas Sugiyanto, E., Rahman, T., & Santoso, A. (2020). Islamic Work Ethics in Building Work Life Balance to Achieve Islamic Job Satisfaction. 14(2). https://doi.org/10.18326/infsl3.v14i2

      Rokhman, W., & Ahamed, F. (2021). The Influence of Quality of Work Life and Islamic Work Ethics Towards Job Performance among SMEs’ Employee. IQTISHADIA, 14(1), 125. https://doi.org/10.21043/iqtishadia.v14i1.11729

      Zahrah, N. (2016). The Relationship between Islamic Religiosity, Islamic Work Ethics and Job Performance. 710–716. https://doi.org/10.15405/epsbs.2016.08.100

 

“Harmoni dan Sukses: Etos Kerja Islam dalam Meraih Prestasi Optimal“

  “Harmoni dan Sukses: Etos Kerja Islam dalam Meraih Prestasi Optimal“               Peningkatan kualitas kerja berkaitan dengan landasa...